Skip to main content

KAIDAH PENULISAN KARYA ILMIAH


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKK6cy3R34TbLJE2Tagp0jFeSM2uag2lxktisjfH3hCWcDhhsFcCeGqubCa4OdrkD5YVZvOnHmg9Cilk2AFrmKTKk5PKR9AmMzCtukLGVB0VjQ3V8PwHaJtDVgMuQFCJ4S2gBmkhZ8rQJw/s1600/Contoh+Karya+Ilmiah+Bahasa+Indonesia.jpg

Penulisan karya ilmiah mengikuti dua kaidah, yaitu kaidah penulisan yang bersifat umum dan kaidah penulisan yang bersifat khusus. Kaidah umum adalah kaidah tentang bahasa indonesia baku dan ejaan yang berlaku secara umum. Kaidah khusus itu meliputi (1) cara menulis sistematika atau judul dan subjudul, (2) cara merujuk atau mengutip, (3) cara menulis daftar pustaka, da (4) cara menyajikan tabel dan gambar.
1.      Penulisan Sistematika

A.      Aturan pertama cara penulisan judul.
(1)   Judul ditulis di tengah atas halaman, huruf kapital, dan dicetak tebal (bold).
(2)   Subjudul peringkat pertama ditulis rata mulai dari tepi kiri, huruf kapital, dicetak tebal (bold).
(3)   Subjudul peringkat kedua juga ditulis rata mulai dari tepi kiri, huruf kapital pada awal setiap kata, kecuali kata tugas, dan dicetak tebal.
(4)   Subjudul peringkat ketiga ditulis rata mulai dari tepi kiri, digaris bawah/dicetak miring, huruf kapital pada awal setiap kata, kecuali kata tugas.
(5)   Subjudul setelah subjudul peringkat ketiga disarankan  untuk ditiadakan dan ditulis teritegrasi dalam esai/uraian . penomoran pada esai/uraian menggunakan angka arab dengan diberi tanda kurung dua (...).

B.      Aturan kedua cara penulisan judul.
(1)   Judul karya ilmiah / judul bab ditengah atas halaman, huruf kapital semua, dicetak tebal, ditulis angka romawi (misal: BAB VI).
(2)   Subjudul peringkat pertama diberi nomor  dengan huruf kapital/ besar (A), rata tepi kiri, huruf kecil nonkapital tegak, diawali huruf kapital pada awal setiap kata kecuali kata tugas, dicetak tebal, atau menggunakan dua angka arab (1.1).
(3)   Subjudul peringkat kedua diberi nomor  dengan angka arab (1.), ditulis mengikuti subbab diatasnya, huruf kecil nonkapital tegak, diawali huruf kapital pada awal setiap kata kecuali kata tugas, dicetak tebal, atau menggunakan tiga angka arab (1.1.1).
(4)   Subjudul peringkat pertama diberi nomor  dengan huruf latin kecil (1), huruf latin kecil, ditulis mengikuti subbab diatasnya, huruf kecil nonkapital tegak, diawali huruf kapital pada awal setiap kata kecuali kata tugas, dicetak tebal, atau menggunakan empat angka arab (1.1.1.1).
(5)   Subjudul peringkat pertama diberi nomor  dengan angka arab diberi kurung (a.), ditulis mengikuti subbab diatasnya, huruf kecil nonkapital tegak, diawali huruf kapital pada awal setiap kata kecuali kata tugas, dicetak tebal, atau menggunakan lima angka arab (1.1.1.1.1).

2.      Perujukan atau pengutipan
a.      Cara merujuk kutipan langsung
Kutipan kurang dari 4 baris ditulis diantara tanda petik (“...”), disertai nama pengarang,tahun dan nomor halaman. Jika ada tanda petik dalam kutipan, digunakan tanda petik tunggal (‘...’).
b.      Cara merujuk kutipan tidak langsung
Kutipan yang disebut secara tak langsung/ dikemukakan dengan bahasa penulis sendiri ditulis dengan tanpa tanda petik dan terpadu dalam teks. Nama pengarang bahan kutipan dapat disebut terpadu dalam teks / disebut dalam kurung bersama tahun penerbitannya. Jika yang dirujuk bagian terntentu, nimor halaman dicantumkan. Jika yang dirujuk keseluruhan/ terlalu banyak/ meloncat-loncat halaman boleh tidak dicantumkan
3.      Penulisan daftar pustaka
Pada karya ilmiah daftar pustaka ditulis langsung setelah teks berakhir (tanpa ganti halaman baru), sedangkan untuk makalah, buku, penelitian ditulis pada halam baru. Judul ditulis DAFTAR PUSTAKA. Untuk artikel ditulis dari pias kiri dan ditengah untuk karya ilmiah lainnya, jarak dengan teks diatasnya 4 spasi.
Unsur dalam daftar pustaka:
(1)   Nama pengarang ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, dan nama tengah, tanpa gelar akademik
(2)   Tahun penerbitan
(3)   Judul termasuk subjudul
(4)   Tempat penerbitan, dan
(5)   Nama penerbit
Untuk memisahkan bagian tersebut digunakan tanda titik (.), kecuali antar kota dan penerbit dengan tanda titik dua (:).
Contoh:
Dekker, N.1992. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa: Dari Pilihan Satu-satunya ke Satu-satunya Asas. Malang: FPIPS IKIP MALANG.


4.      Penyajian Tabel dan Gambar
a.      Tulisan ilmiah umumnya dilengkapi dengan gambar, tabel, rumus-rumus atau persamaan – persamaan, yang diletakkan simetris terhadap tepi kiri dan kanan kertas.
b.      Setiap tabel dan gambar harus diberi nomor urut dan judul. Nomor urut menggunakan angka dua Arab yang dipisahkan oleh tanda titik titik.
c.       Angka pertama menunjukkan pada bab berapa tabel atau gambar itu berada, sedang angka kedua menunjuk pada nomor urut tabel atau gambar tersebut di bab yang bersangkutan, misalnya: Gambar 2.1 artinya gambar pertama pada bab 2; tabel 3.4 artinya tabel keempat yang ada di bab 3. nomor persamaan yang berbentuk matematis, ditulis dengan angka Arab didalam kurung dan diletakkan dibatas tepi kanan.
Judul tabel
a.      ditulis setelah nomor tabel dengan huruf kecil, dan ditempatkan simetris di atas tabel tanpa diakhiri dengan titik. Garis atas tabel dibuat rangkap atau tebal, sedangkan garis bawah hanya satu.
b.      Jika tabel itu mempunyai catatan (menyatakan sumber acuan, menjelaskan singkatan yang tidak umum) dituliskan di bawah tabel, rata kiri. Untuk menghindari kekeliruan catatan tabel ditandai dengan bintang, asterik, atau huruf. Hanya catatan untuk judul tabel ditempatkan di tepi bawah halaman.
Tabel dipenggal
a.      Usahakan tabel jangan dipenggal, bila hal itu terjadi, lanjutan tabel diletakkan pada halaman berikutnya, dengan nomor tabel dan kata ”lanjutan” dibelakangnya (contoh: TABEL 3.2 lanjutan).
b.      Tabel terdiri dari kolom-kolom yang harus diberi nama dan pembatas yang tegas. Kalau jajaran kolom ini lebih panjang dari lebar kertas, maka bagian atas tabel sebaiknya diletakkan di sebelah kiri kertas, sedangkan tabel yang sangat lebar dan panjang (sehingga harus dilipat) seyogyanya diletakkan di lampiran.
Laporan penelitian
a.      Laporan penelitian juga sering dilengkapi dengan sajian gambar, grafik, peta, foto, daftar alir, schedul, dan lain-lain.
b.      Penempatan gambar-gambar diusahakan
c.       Penempatan gambar-gambar diusahakan sedekat mungkin dengan uraian dalam teks yang berkaitan dengan gambar tersebut. Gambar hendaknya disajikan pada bagian atau pada halaman sesudah uraian teksnya dan jangan sebaliknya.
Nomor gambar
a.      Setiap gambar harus mempunyai nomor gambar dan diiukuti dengan judul gambar yang dibuat sedemikian rupa sehingga simetris terhadap gambar dan diletakkan di bawah gambar (ingatlah nomor dan judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkan nomor dan judul gambar  tabel, sedangkan nomor dan judul gambar diletakkan di bawah gambar).
b.      Keterangan gambar sebaiknya diletakkan di tempat yang lowong di dalam gambar. Gambar yang bentuknya memanjang sepanjang kertas, bagian atas gambar ditempatkan di sebelah kiri kertas.
       

Comments

Popular posts from this blog

Ciuman Bisa Menyehatkan Hubungan Pasutri

Menurut Wikipedia, Ciuman adalah perbuatan menekankan bibir seseorang terhadap salah satu anggota tubuh diri sendiri atau orang lain. Sebuah ciuman dapat digunakan untuk menyatakan banyak perasaan, antara lain cinta, gairah, kasih sayang, rasa hormat, salam, dan persahabatan. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa ciuman adalah perilaku yang kita pelajari, alias bukan insting dari kita lahir. Contohnya setelah kita nonton film yang punya adegan ciuman, kita jadi pengen nyoba ikutan. Kenapa kita suka ciuman? Banyak faktor yang menyebabkan kenapa banyak manusia yang suka sama Ciuman. Berciuman tentu sangat menyenangkan, saat kita merasa begitu menyatu dengan pasangan seraya merasakan debar jantung dan hembusan napasnya. Bukan hanya itu, dibalik nikmatnya ciuman mengandung sejumlah fakta menarik. Apa saja? Bukan hanya sekadar chemistry Saat paling menyenangkan melakukan ciuman adalah ketika pasangan sudah saling memiliki hubungan emosional yang kuat dan suasananya tepat,...

Kenapa 1 Hari ada 24 Jam?

Pernahkah kita bertanya mengapa dalam 1 hari ada 24 jam, dalam 1 jam ada 60 menit, dan dalam 1 menit ada 60 detik? Saat ini kita menggunakan sistem desimal sebagai sitem bilangan sehari-hari, yaitu sebuah sistim bilangan berbasis 10. Namun kenapa pengukur waktu kita menggunakan sistem duodesimal (basis 12) dan sexadesimal (basis 60)? Alasan kenapa digunakan bilangan 60 adalah bilangan ini bilangan terkecil yang bisa dibagi oleh enam angka pertama yaitu: 1,2,3,4,5,6. Jadi dengan mudah kita bisa terbayang: 1/2 jam = 30 mnt, 1/3 jam = 20 menit, 1/4 jam = 15 menit, dst. Bayangkan kalau satu jam = 100 menit, berarti 1/3 jam = 33,333 mnt??? Susahkan? Kalau kata matematisnya, 60 itu highly composite number , atau bilangan yang angka pembaginya/faktornya banyak, yaitu 1,2,3,4,5,6,10,12,15,20,30,60.  Sejarahnya... Sekitar tahun 1500 SM, orang-orang Mesir kuno menggunakan program bilangan berbasis 12, dan mereka mengembangkan sebuah alat jam matahari berbentuk sepert...

Stereotip di Indonesia

Menurut Wikipedia, Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang yang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat. Namun, stereotipe dapat berupa prasangka positif dan juga negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif. Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotipe negatif. Padahal faktanya stereotipe dapat berupa prasangka positif dan negatif, dan kadang-kadang stereotipe dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif. Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang. Water Lippman sampai saat ini dianggap sebagai orang pertama yang merumuskan stereotip dan membahasnya secara ilmiah dalam bukunya : Public Opinion, terbi...