Menurut Wikipedia, Stereotipe adalah penilaian terhadap
seseorang yang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang
tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang
dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang
kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat. Namun,
stereotipe dapat berupa prasangka positif dan juga negatif, dan kadang-kadang
dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif. Sebagian orang
menganggap segala bentuk stereotipe negatif. Padahal faktanya stereotipe dapat
berupa prasangka positif dan negatif, dan kadang-kadang stereotipe dijadikan
alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif. Stereotipe jarang sekali akurat,
biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya
dikarang-karang.
Water Lippman sampai saat ini dianggap sebagai orang pertama
yang merumuskan stereotip dan membahasnya secara ilmiah dalam bukunya : Public
Opinion, terbit tahun 1922. Sejak itulah stereotipe mendapatkan tempat dalam
literatur ilmu-ilmu sosial, baik sebagai konsekuensi maupun sebagai peramal
tingkah laku manusia.
Walaupun jarang sekali stereotipe itu sepenuhnya akurat,
namun beberapa penelitian statistik menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus
stereotipe sesuai dengan fakta terukur.
Berikut adalah beberapa stereotipe mengenai etnis-etnis di
Indonesia.
Batak
- Orang Batak mengaku sebagai suku yang paling toleran di seluruh Indonesia. Karena itu menurut mereka, kerusuhan dengan motif etnik maupun agama tidak akan masuk ke “tanah air” mereka. Toleransi itu terjadi karena ada pertalian adat atau dalihan na tolu yang sangat kuat dipegang oleh orang Batak. Secara umum orang Batak mengaku tidak punya masalah dengan etnik-etnik yang lain, termasuk dengan etnik Tionghoa.
- Orang Batak dikatakan suka berbicara dengan suara yang keras.
- Orang Batak itu pemberani dan agresif, mereka berani dalam mengemukakan pendapat sendiri walaupun mereka berada di dalam kedudukan minoritas.
- Orang Batak itu kasar, ini tampak dari kebiasaan mereka yang suka berbicara keras-keras dan suka berkelahi di depan orang lain dan pernyataan ini di dukung dengan perawakan mereka misalnya bentuk dan ekspresi muka.
Jawa
- Orang Jawa juga mengaku sebagai etnik yang paling toleran dan paling mudah beradaptasi. Orang Jawa merasa tidak punya masalah dengan kelompok etnik mana saja.
- Orang-orang Jawa itu lamban dan masa bodoh.
- Orang Jawa memiliki stereotipe sebagai sukubangsa yang sopan dan halus. Tetapi mereka juga terkenal sebagai sukubangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang. Sifat ini berdasarkan watak orang Jawa yang ingin menjaga harmoni atau keserasian dan menghindari konflik, karena itulah mereka cenderung diam dan tidak membantah apabila terjadi perbedaan pendapat.
Minang
- Bisa dikatakan semua orang Minang itu memeluk Islam. Orang Minang yang tidak Islam itu secara etnis tetap Minang, tapi dia “dilempar” dari sukunya. Ada dua tali di Minangkabau, yaitu tali darah dan tali adat. Tali darahnya Islam, dan tali adatnya budaya Minang.
- Etnis Minang disebut memiliki fanatisme kesukuan yang tinggi karena mereka suka membantu orang sekampung.
- Orang Minang itu rela tidur di emper-emper dan berdagang sampai berpeluh-peluh asalkan bisa mengirimkan penghasilannya ke kampung halaman.
- Memiliki sikap dagang yang kuat, tidak ada tawar menawar bagi mereka.
- Orang-orang Minang itu culas dan licik, seperti ada pernyataan yang mengatakan “tahimpik di ateh, takuruang di lua” ( terhimpit di atas, terkurung di luar).
Tiong Hoa
- Etnis Tiong Hoa rajin, ulet dan serius.
- Etnis tiong hoa baik di Indonesia maupun di seluruh dunia itu sudah dikenal sebagai perantau sejak ratusan tahun yang lalu. Mau tak mau mereka menjadi rajin dan ulet. Semakin hidup sulit semakin ulet, Jika tidak mereka akan mengalami diskriminasi di negara orang lain. Di negaranya sendiri mungkin juga ada yang malas karena merasa santai di negeri sendiri. Karena keuletannya tersebut semua etnis tiong hoa dianggap kelas menengah ke atas. Padahal dalam struktur sosial China, menjadi pedagang adalah pekerjaan yang paling rendah disana.
- Ada yang mengatakan orang tiong hoa itu bersifat industrial dan ada juga yang melabel sebagai etnis yang commercial.
- Orang Tiong Hoa tidak nasionalis, mereka sering menggukan bahasa daerah nereka sendiri dalam kehidupan sehari-hari bahkan di tempat umum sekalipun.
- Orang Tiong Hoa selalu ingin duluan, tidak mau ikut antri, maunya nyerobot,tidak mau ikut aturan main.
- Etnik yang paling aman dalam persoalan disintegritas bangsa, sebab etnik ini telah menyebar ke seluruh Indonesia.
- Orang Tiong Hoa menganggap rendah masyarakat pribumi
Aceh
- Etnik Aceh mengklaim etniknya sendiri sebagai etnik yang toleran. Mereka menjunjung tinggi toleransi antaretnik dan agama. Menurut mereka, di Aceh tidak akan terjadi konflik etnik atau agama. Orang Budha, Hindu, Kristen, atau siapa saja yang sembahyang di depan rumah mereka, tidak akan diganggu. Yang jadi masalah adalah kalau budaya dan kultur Aceh diinjak-injak.
- Seperti pernyataan bahasa aceh “ureng aceh bek sigepih dipesakit hatejih” (orang aceh jangan sekalipun disakiti hatinya),
- Orang Aceh terkenal sebagai bangsa yang gagah berani. Keterlibatan orang Aceh dalam perang di masa lalu tidak hanya untuk kalangan laki-laki dan orang dewasa saja, tetapi perempuan pun juga banyak yang menjadi panglima perang di Aceh pada saat itu. Di situlah kita dapat melihat bahwa sifat Heroisme itu sangat kental dan hampir menyeluruh.
- Orang Aceh adalah pekerja keras dan pantang menyerah. Jika dilihat dari aspek sosial, maka gerak bisnis orang Aceh sudah dimulai sejak pukul empat pagi. Disini dapat diketahui bahwa mereka yang menjual sarapan pagi tentu bangun lebih pagi daripada jadwal mereka harus membuka warung. Sehingga kadang kala, mereka boleh jadi bangun pada jam 2 pagi. Ini menandakan bahwa orang Aceh begitu kuat kemauannya dalam mencari nafkah. Ini belum lagi jika kita lihat masyarakat nelayan yang pagi buta sudah pergi berlayar, yang kadang kala juga jarang diselingi dengan shalat subuh.
- Etnis aceh memiliki rasa kesukuan yang sangat menonjol (sukuisme/provinsialisme), bangga dengan etnisnya, dan saling menjunjung tinggi adat dan agama.
- Etnis aceh berwatak keras, ingin menang sendiri, dan egois. Oleh karena itu mereka suka marah-marah dan mau menang sendiri.
Comments
Post a Comment