“Pagi pak.” Sapaku kepada penjual majalah.
“Pagi
mas. Seperti biasa?” Balas si penjual majalah.
“Iya
pak seperti biasa.” Balasku.
“Eh.
Buat apa beli majalah?” Tanya temanku Rian.
“Buat
lihat keberuntunganku hari ini?” Jawabku.
“Keberuntungan?”
tanyanya heran.
“Zodiak
Rian..” jawabku sedikit jengkel.
“Ha..
ha .. ha ..” tawanya.
“Kenapa
kamu tertawa? Ada yang lucu?” tanyaku heran.
“Hari
gini kamu masih percaya yang kayak gituan? Ha…ha…ha…” jawabnya sambil tertawa.
“Huh!
Zodiak… zodiak… nah halaman 32.” Gumamku sambil mencari halaman yang terdapat
zodiak.
“Hei…
ini tu sudah 2012 Bro. Masak kamu masih percaya sama yang kayak gituan?” Tegas
Rian.
“Biarinlah.”
Balasku sambil terus membaca. “ Aries.. ah ini dia. Peruntungan : kalau permasalahan
ini terus dibiarkan dan tidak segera ditindak lanjuti, maka keuntungan besar
yang sudah didepan mata itu akan hilang lenyap begitu saja. Wah aku harus
hati-hati nih. Karir : di hari ini kesempatan bagi kamu untuk meraih hasil yang
semaksimal mungkin, maka dari itu jangan ragu untuk menghubungi rekan atau
partner kerja yang telah lama putus hubungan. Wah tepat aku juga belum punya
kerjaan dirumah nganggur terus. Harus telpon teman nih. Kesehatan….”
“Heh!
Jangan lupa nanti siang aku tunggu di warung biasanya. Jangan telat ya.” Kata
Rian memutuskan bacaanku.
“Iya
iya!” balasku sambil terus membaca. “ Kesehatan : Migrain masih merupakan
ancaman serius bagi kamu terutama di kala pikiran menegang karena suatu urusan
yang penting. Keuangan : Hindari mengambil resiko yang tak perlu atau belenja
yang berlebihan, tapi demi kesuksesan yang akan kamu capai tidak apa-apa.
Asmara: Keresahan hati kini terjawab sudah dan kenyataannya tidak seburuk apa
yang kamu bayangkan. Warna keberuntungan : hijau dan hindari warna putih. Waduh
aku pakai kemeja putih nih, harus diganti nih.”
Aku
pun buru-buru pulang kerumah untuk ganti pakaian. Sesampainya dirumah Aku
membolak-balikan tumpukan pakainku yang ada dilemari. Tidak kutemukan pakaianku
yang berwarna hijau. Aku terus mencari sampai ketempat ember yang berisi
pakaian kotor yang belum dicuci. Aku mengambil satu per satu pakaian yang ada
di ember itu. Sampai pakaian terakhir, tetap tidak kutemukan pakaian yang
berwarna hijau. Akhirnya Aku berjalan kedepan dan duduk dikursi ruang tamu. Aku
hela nafasku sebentar. “Hah…” Tak lama kemuadian aku baru menyadari, ternyata
selama aku hidup aku belum pernah punya pakaian yang berwarna hijau.
“Hah…” desahan penyesalanku. Kuambil dompet yang ada disaku belakang
celanaku. Kubuka dompet itu ternyata isinya tinggal 400 ribu saja. Aku berpikir
sejanak, “beli tidak ya?” tanyaku dalam hati. Akhirnya Aku putuskan untuk
membeli baju yang berwarna hijau.
Kupacu
kuda besiku menembus jalanan ibu kota melewati barisan mobil dan sepeda motor
lainnya. Tak lama kemudian kulihat warna lampu lalu lintas didepan sana sudah
berwarna merah kupelankan laju motorku dan berhenti tepat dibelakang garis
putih. Setelah lampu berwarna hijau kupacu kembali motorku. Tak lama terdengar
suara sirine dari arah belakang. Aku pun heran apakah ini suara sirine polisi
atau suara sirine ambulan? Lalu kulihat kaca spion sebelah kananku. Ternyata
suara sirine polisi. Jantung ku deg degan tak karuan. “ada apa ini? Perasaan
nggak ada yang salah. Perasaan tadi lampu sudah hijau lagian aku juga sudah
pakai helm. Ada apa ini?” tanyaku dalam hati. Kulihat lagi polisi yang ada di
belakangku lewat spion sebelah kananku. Ternyata masih dibelakangku. Lalu
kupastikan lagi dengan melihat lewat sebelah kiriku. “Waduh…” kataku dalam
hati. Ternyata spion sebelah kiriku tidak ada. Kulihat polisi tadi sudah ada
disebelah kananku dan berkata, “bisa minggir sebentar pak?”. Lalu kupinggirkan
motorku.
“Selamat
siang pak.” Kata polisi itu.
“Siang.
Ada apa ya pak?” balasku.
“Bisa
lihat surat-suratnya pak?” kata pak polisi.
“Bisa,
ada apa ya?” Kataku.
“Maaf
pak, kaca spion bapak tidak ada satu, jadi bapak harus saya tilang. Dan
surat-suratnya saya bawa untuk diproses. Untuk mengambilnya kembali bapak harus
disidang dahulu atau tidak bapak harus membayar denda 150 ribu karena kesalahan
yang bapak lakukan itu bisa membahayakan nyawa, soalnya nanti bapak tidak bisa
lihat kebelakang.” Jelas polisi itu.
“Wah…
saya buru-buru ini pak. Masak hanya spion saja dendanya 150 ribu?” balasku.
“Iya
pak soalnya ini menyangkut nyawa pak.” Jelas polisi itu.
“Bisa
kurang ndak pak? Saya harus membeli sesuatu nih pak. Dan itu memerlukan uang
yang besar.” Tanya ku.
“Ya
udah 125?” kata polisi.
“Kurangi
lagi lah pak?” rayuku.
“100
ribu.” Tawarnya.
“75
lah?” tawarku.
“Ya
udah 75.” Kata polisi itu.
“syukurlah
udah kelar.” Kata ku dalam hati.
“Ini
pak surat-suratnya, lain kali kalau mau bepergian dicek dulu kelengkapan
motornya.” Jelas polisi itu.
“Iya
pak maaf.” Kataku.
Kulanjutkan
kembali perjalananku. Akhirnya sampai juga di tempat yang aku tuju. Kumasuki
pintu mall itu dan langsung menuju ketempat penjualan pakaian. Kupilih-pilih
kemeja yang ada didalam toko itu. Kulihat tinggal satu kemeja saja yang
berwarna hijau. Kulihat lebelnya, tak kusangka harganya 125 ribu. Kutanya pada penjual
baju di toko itu.
“Maaf
mbak, ada kemeja selain ini yang lebih murah dan warnanya hijau? Tanyaku.
“Waduh
kalau yang hijau cuma tinggal yang ini saja mas. Dan itu sudah harga standar
kemeja disemua toko yang ada di mall ini.” Jelas si penjual.
“Waduh…
terpaksa nih…” kataku dalam hati. “Ya sudah mbak yang ini saja.”
Kuputuskan
untuk membeli kemeja itu. Akhirnya Aku keluar dari mall itu. Kurasakan matahari
sudah sangat menyengat diatas permukaan kulitku. Kulihat jam tangan antiku.
Ternyata waktunya sudah pukul 11.00 . Dan aku langsung mencari toilet untuk
ganti pakaian dengan kemeja yang sudah aku beli tadi. Karena aku sebentar lagi
akan janjian dengan Rian. Sesampainya ditempat yang sudah dijanjikan, kulihat
Rian sudah ada disana.
“Hai..”
sapaku.
“Kau
telat tau.” Balasnya.
“Iya
maaf, lagi apes nih.” Jelasku.
“Apes
kenapa?” tanyanya.
Lalu
kujelaskan semua hal yang telah terjadi padaku seharian ini. Dari terkena
tilang sampai di mall.
“Ha…ha…ha…”
tawanya.
“Kenapa?”
tanyaku.
“Tak
kusangka kau benar-benar melakukannya. Mana majalahmu tadi?” Katanya.
“Aku
tinggal dirumah, memang ada apa?” tanya ku.
“Hem….
Padahala aku mau menunjukan cara meraih keberuntungan dengan mudah dan pasti
daripada percaya dengan yang kayak gituan.” Jelasnya.
“Gimana
caranya?” tanyaku.
“Heh…
nanti kamu lihat iklan-iklan yang ada di majalah itu. Terus cari iklan tentang
lowongan kerja yang sesuai dengan kriteria kamu, lalu kamu ajukan deh surat
lamaran pekerjaan selesai, kesuksesan segera mendatangimu. Tapi dengan syarat
sabar dan harus istiqomah terhadap apa yang kamu dapatkan.”
Aku
berpikir dalam hati, “Benar juga apa yang dia katakan, dari pada mencari
keberuntungan dengan sesuatu yang tidak pasti mending aku mencari
pekerjaan yang sudah pasti hasilnya.” Kuputuskan mulai hari ini tidak ada
Zodiak lagi yang ada hanyalah sesuatu yang pasti untuk diraih.
Comments
Post a Comment